Makalah Tingkat Bunga
Tingkat
Bunga
1.
Pengertian
Tingkat Bunga
Dalam teori klasik, tingkat bunga adalah
harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan untuk jangka waktu
tertentu. Harga disini sama dengan harga barang apabila jumlah dana yang
ditawarkan kreditur lebih besar dari dana yang diminta oleh debitur, maka harga
cenderung turun. (Boediono, 1992, 75)
Keynes berpendapat
bahwa tingkat bunga adalah biaya penggunaan dana yang dinyatakan dalam presentase persatuan waktu. Dalam teori
ini disebutkan bahwa keputusan untuk melakukan investasi atau tidak meakukan
investasi tergantung perbandingan atau persentase besarnya keuntungan yang
diperoleh, hal ini sering disebut Marginal Eficiency of capital (MEC).
2.
Faktor
Penentu Tingkat Bunga
Faktor
penentu tingkat bunga diantaranya sebagai berikut:
b.
Persaingan
3.
Jenis
Tingkat Bunga
Menurut Novianto (2011:22),
berdasarkan bentuknya suku bunga dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Menurut Ismail (2010:132),
berdasarkan sifatnya suku bunga dibagi menjadi dua jenis,yaitu:
4.
Komponen
Penentu Tingkat Bunga
1.
Total Biaya Dana (Cost of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk
memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun
deposito.Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan
untuk memperoleh dana yang diinginkan. Total biaya dana ini harus dikurangi
dengan cadangan wajib atau Reserve Requrement (RR) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
2.
Biaya Operasi
Dalam melakukan kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai
sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan
prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai
biaya operasi.
3.
Cadangan Risiko Kredit
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan
diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung
suatu risiko tidak terbayar.
4.
Laba yang diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh
laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan
penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat memengaruhi besarnya bunga
kredit.
5.
Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada
bank yang memberikaan fasilitas kredit kepada nasabahnya.
6.
Perbedaan
Teori Tingkat Bunga Mazhab Klasik dan Teori Keynes
A.
Teori
Klasik
Menurut
Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori permintaan penawaran
terhadap tabungan. Teori ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu
faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran daripada investable fund yang
bersumber dari tabungan.
Fungsinya yang menonjol dari uang
dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan
transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transaksi barang dan
jasa, maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang-piutang yang menyangkut
masa depan.
Teori
ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa berada dalam
keadaan full employment. Dalam keadaan full
employment itu seluruh kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh
dalam proses produksi. Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi
dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat
mempengaruhi sektor produksi. Dengan perkataan lain sektor moneter,
dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada pengaruh
timbal balik antara kedua sektor tersebut.Hubungan antara sektor moneter dan
riil, dalam teori ekonomi klasik hanya dijembatani oleh tingkat harga. Jika jumlah uang beredar
lebih besar daripada nilai barang-barang yang tersedia,
maka tingkat harga meningkat, jika sebaliknya menurun. Konsep tabungan menurut klasik dikatakan, bahwa seorang
dapat melakukan tiga hal terhadap selisih antara pendapatan dan pengeluaran
komsumsinya yaitu: pertama, ditambahkan pada saldo tunai yang ditahannya.
Kedua, dibelikan obligasi baru dan ketiga, sebagai pengusaha, dibelikan
langsung kepada barang-barang modal. Asumsi yang digunakan disini adalah
bahwa penabung yang rasional tidak akan menempuh jalan yang pertama.
Berdasarkan
pada pertimbangan bahwa akumulasi kekayaan dalam bentuk uang tunai adalah tidak
menghasilkan.Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari
tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang
lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungannya. Investasi juga
merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku
bunga, maka keinginan masyarakat untuk melakukan investasi menjadi semakin
kecil. Hal ini karena biaya penggunaan dana (cost of capital)
menjadi semakin mahal, dan sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga,
maka keinginan untuk melakukan investasi akan semakin meningkat.
B.
Teori
Keynessian, Preferensi Liquiditas
Teori
penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity
prefence.Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan
fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya
tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Dalam
Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds)
dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan
kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin
memaksimumkan keuntungan.
Keynes
tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan
bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh
tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan
tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu
sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Keynes,
besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi
rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung dari besar kecilnya
tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang
diterima oleh suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan
diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami
kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak
akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan
dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Teori
permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan yang
dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes
mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment.Oleh
karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah
maupun tingkat harga-harga.Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi
dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian,
setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes,
berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Setelah perekonomian
berada dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat
lagi berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian
jelaslah bahwa teori Keynes adalah teori ekonomi jangka pendek sebelum
mencapai full employment. Dalam teori Keynes dikenal tiga motif
yang mendasari permintaan uang masyarakat, yaitu :
1.
Keperluan Transaksi (Transaction
Motive). Yaitu motif memegang uang untuk keperluan transaksi
sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung kepada besarnya
pendapatan.
2.
Keperluan Berjaga-jaga. Yaitu
motif memegang uang karena adanya ketidakpastian mengenai masa datang. Motif
transaksi dan motif berjaga-jaga merupakan fungsi positif dari tingkat
pendapatan.
3.
Keperluan Spekulasi. Yaitu
motif memegang uang untuk keperluan spekulasi dan mencari keuntungan
sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang untuk spekulasi ini
timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang. Keynes mengatakan
bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan keuntungan
dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang
Sebagaimana
sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, hubungan antara tingkat suku bunga dan
tingkat harga berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga meningkat, maka
surat-surat berharga akan turun demikian pula sebaliknya. Karena itu pada
tingkat suku bunga yang sangat rendah, orang akan cenderung memegang uang kas
daripada surat-surat berharga. Seandainya jumlah uang beredar bertambah besar,
orang akan cenderung tetap memilih memegang uang kas. Keadaan seperti ini
disebut perangkap liquiditas (liquidity trap) sebab semua uang kas
terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak akan beredar sebagai
uang aktif. Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan
suku bungariil.Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di
pasar. Sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga
yang sesungguhnyasetelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang
diharapkan.Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk
mengendalikantingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang
beredar dimasyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi
oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan
tingkatsuku bunga tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah
uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan
harga bisadiatasi.Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah
tingkat bunganominal yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah
inflasi(Mankiw,2003).
Beberapa
hal penting yang dapat ditarik dari teori bunga menurut pendapat kaum Klasik antara lain:
A.
Teori Klasik adalah flow
theory
Artinya
dari tabungan dan investasi mengalir ke pasar berdasarkan unit waktu. Bila pasar keuangan analog dengan pasar biasa maka tabungan
merupakan arus dana ke pasar dan permintaan investasi adalah arus dana
dari pasar agar
pasar berada pada kondisi
keseimbangan, maka kedua arus tersebut harus berada dalam keseimbangan yaitu arus
kedana tabungan harus sama dengan arus dana investasi. Tabungan dan investasi menjadi seimbang semata-mata
ditentukan oleh tingkat bunga di pasar. Apabila kedua arus itu tidak
harmonis, maka keseimbangan
akan melalui perubahan-perubahan tingkat bunga. Rencana-rencana investasi
dianggap elastis terhadap tingkat bunga. Teori klasik ini mempunyai kelemahan, dimana dalam penentuan
tingkat bunga peranan moneter tidak ada (money plays no
role). Selain itu, klasik juga mengabaikan peranan credit
money dalam menentukan tingkat bunga.
B.
Teori Keynes :Liqiudity
Preference Theory
The liquidity
preference theory of interest rate yang dikemukakan oleh John Maynard
Keynes tahun 1936, dalm bukunya “The General Thoery of Unemployment,
Interest Rate and Money”, terutama mengemukakan bahwa kemampuan orang
untuk menabung tergantung lebih banyak pada tingkat pendapatannya. Sementara
tingkat bunga perannya kedua dalam mempengaruhi keputusan orang untuk menabung.
Tingkat bunga merupakan fenomena moneter dan ditentukan oleh interaksi
penawaran uang dan permintaan agregat masyarakat terhadap uang. Definisi
tingkat bunga itu sendiri menurut Keynes adalah:Balas jasa untuk melepaskan
likuiditas selama kurun waktu tertentu. Sebabnya ialah bahwa tingkat bunga itu
sendiri tidak lain selain adalah perbandingan antara sejumlah uang dan apa yang
dapat diperoleh bilamana pengendalian uang itu dilepaskan untuk ditukarkan
dengan hutang untuk kurun waktu yang ditentukan (Keynes, 1936:154-155).
Uang
menurut Keynes merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki masyarakat
(portofolio) seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank, saham atau
surat berharga lainnya. Alasan masyarakat memegang uang antara lain agar lebih
mudah digunakan untuk tujuan transaksi, berjaga-jaga terhadap kejadian tak
terduga dan spekulasi mengenai kemungkinan naiknya tingkat bunga. Keynes
menganggap bahwa permintaan uang untuk tujuan spekulasi, yang menghubungkan
permintaan uang dengan tingkat bunga. Untuk menyederhanakan modelnya, Keynes
membagi dua komponen kekayaan, yaitu uang kas dan surat berharga (obligasi).
Uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid tetapi uang kas tidak
menghasilkan (idle). Sedangkan obligasi mendatangkan hasil dalam
bentuk bunga. Dengan asumsi masyarakat tidak suka resiko, maka dia akan
memegang surat berharga apabila diganti dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.
Apabila
tingkat bunga di bawah tingkat bunga keseimbangan, masyarakat akan menginginkan
uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga. Hal ini akan
mendorong harganya turun (tingkat bunga naik) sampai ke titik keseimbangan.
Dimana masyarakat sudah puas dengan komposisi kekayaannya. Sebaliknya, apabila
tingkat bunga berada di atas titik kesimbangan, masyarakat menginginkan uang
kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga. Pengembalian ini akan
mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga turun) sampai ke
titik keseimbangan. Dengan demikian tingkat bunga keseimbangan dapat berubah
yang disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi kurva permintaan maupun kurva penawaran
uang. Dari sisi permintaan, Keynes mengganggap ada dua faktor penting yaitu
tingkat pendapatan dan harga. Peningkatan pendapatan, dengan asumsi faktor lain
tetap, akan menaikkan likuiditas uang yang dibutuhkan masyarakat sehingga kurva
permintaan uang bergeser ke kanan dan tingkat bunga meningkat. Pengaruh harga
muncul karena orang ingin memegang sejumlah uang riil. Jika harga barang sama
dengan sebelumnya, permintaan terhadap uang nominal naik. Ini berarti apabila
ekspektasi inflasi naik, kurva permintaan bergeser ke kanan yang mengakibatkan
tingkat bunga naik. Sintesa Klasik dan Keynessian : IS-LM
Sintesa
klasik tingkat bunga timbul karena uang adalah produktif dan uang sebagai dana
investasi (loanable funds). Dana di tangan pengusaha bisa
menambah modal dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Dengan kata lain
uang bisa meningkatkan produktivitas, dan karena adanya kenaikan inilah ia mau
membayar bunga. Menurut sintesa Keynes, uang bisa produktif dengan cara lain.
Dengan uang tunai orang bisa berspekulasi di pasar-pasar surat berharga yang
digunakan untuk memanfaatkan kesempatan memperoleh keuntungan. Dengan adanya kemungkinan
untuk memperoleh keuntungan inilah orang bersedia membayar bunga.
Sebenarnya
kedua pandangan ini saling melengkapi, dimana Klasik memandang uang
sebagai Loanable Funds yang dapat berfungsi sebagai dana investasi
sedangkan Keynes menekankan uang sebagai aktiva likuid untuk memperoleh
keuntungan di pasar uang. Yang pertama menekankan bahwa tingkat bunga
benar-benar merupakan tingkat bunga keseimbangan (equilibrium interest
rate) bagi suatu perekonomian adalah apabila tingkat bunga memenuhi
keseimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) dan sekaligus
keseimbangan di pasar uang. Hal ini dikemukakan oleh Sir John Hicks dari
Inggris (Boediono, 1990), yang dikenal dengan sintesa Hicks dengan menggunakan
pendekatan IS-LM. Keunggulan sintesa Hicks ini adalah berhasil dalam
mengintegralkan keempat faktor seperti tabungan, investasi, permintaan uang
untuk spekulasi dan penawaran uang.
6.
Keunggulan
dan Kelemahan Teori Tingkat Bunga Mazhab Klasik dan Teori Keynes
- Keunggulan teori tingkat bunga Mazhab Klasik
Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian
senantiasa berada dalam keadaan full employment seluruh kapasitas
produksi sudah dipergunakan penuh dalam proses produksi. Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi
dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat
mempengaruhi sektor produksi. Dengan perkataan lain sektor moneter,
dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada
pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
Hubungan antara sektor moneter dan riil, dalam teori ekonomi
klasik hanya dijembatani oleh tingkat harga. Jika
jumlah uang beredar lebih besar daripada
nilai barang-barang yang tersedia, maka tingkat harga meningkat, jika
sebaliknya menurun. Bahwa tabungan
masyarakat adalah fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat
suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya
pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk
mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah
tabungannya. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga.
Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk
melakukan investasi menjadi semakin kecil. Hal ini karena biaya
penggunaan dana (cost of capital) menjadi semakin mahal, dan
sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan
investasi akan semakin meningkat.
- Keunggulan tingkat bunga teori Keynes
Teori
permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan yang
dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes
mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa
mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat
suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.
Dengan demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter
dalam teori Keynes, berperan untuk meningkatkan produksi nasional.
Dalam teori Keynes dikenal tiga
motif yang mendasari permintaan uang masyarakat, yaitu :
- Keperluan Transaksi (Transaction
Motive). Yaitu motif memegang uang untuk keperluan transaksi
sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung kepada
besarnya pendapatan.
- Keperluan
Berjaga-jaga. Yaitu motif memegang uang karena adanya ketidakpastian
mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif berjaga-jaga
merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan.
- Keperluan Spekulasi. Yaitu
motif memegang uang untuk keperluan spekulasi dan mencari keuntungan
sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang untuk spekulasi ini
timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang. Keynes
mengatakan bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan
keuntungan dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
![](file:///C:/Users/KANARA~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Gambar (a) menunjukkan uang kas
diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan, berapapun tingkat suku bunga
yang berlaku nilai MT dan MP tidak elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada
gambar (b) permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga,
yaitu:
- Apabila tingkat bunga tinggi
permintaan rendah karena orang lebih suka memegang surat berharga seperti
obligasi daripada memegang uang.
- Sebagai contoh, pada r0 permintaan
uang pada spekulasi adalah sebanyak MS1 semakin menurun tingkat bunga
semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi karena orang lebih suka
memegang uang daripada obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan
tingkat suku bunga dan mempunyai hubungan yang negatif.
hubungan antara tingkat suku bunga dan tingkat harga
berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga meningkat, maka surat-surat
berharga akan turun demikian pula sebaliknya. Karena itu pada tingkat suku
bunga yang sangat rendah, orang akan cenderung memegang uang kas daripada
surat-surat berharga. Seandainya jumlah uang beredar
bertambah besar, orang akan cenderung tetap memilih memegang uang kas.
Keadaan seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap)
sebab semua uang kas terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak
akan beredar sebagai uang aktif.
Komentar
Posting Komentar