TEORI PERMINTAAN UANG MAHZAB KLASIK DAN KEYNES

MAKALAH EKONOMI MONETER I
“ TEORI PERMINTAAN UANG MAHZAB KLASIK DAN KEYNES”



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “Teori Permintaan Uang” ini. Sholawat dan salam senantiasa kita hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa kita dari masa jahiliyah ke masa ilmu pengetahuan islam.
Makalah ini sebagai tugas dan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa guna mengkaji secara ilmiah menyangkut Teori permintaan uang mahzab klasik dan keynes.
Yang menarik dari pembahasan ini adalah penulis bukan hanya mengangkat referensi dari literatur internet saja melainkan juga dari buku yang sinkron dengan pembahasan yang sedang penulis bahas dalam makalah ini, sehingga penulis meyakini pembahasannya mendetail dan yang terpenting sesuai dengan pembahasan.
Demikian alasan penulis, untuk mengambil pembahasan ini. Kiranya dapat bermanfaat sebagai penambah khazanah ilmu pengetahuan, dan jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Akhir kata, saran dan kritikan yang membangun dari Dosen matakuliah sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah ini kedepan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

                                                                                                                                   Penyusun

Kelompok 4



i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................... ii

BAB I
          Pendahuluan
1.1  Latar Belakang............................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah........................................................................ 1
BAB II
          Pembahasan
          2.1 Teori permintaan Uang................................................................... 2
          2.1.1 Teori Klasik.................................................................................. 2
          2.1.2 Teori Keynes..................................................................................4
BAB III
          Penutup
          3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10



Daftar Pustaka....................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

2........hꑐh                                                Latar Belakang
Uang merupakan sesuatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat, sehingga untuk melakukan transaksi ekonomi tidak mengalami kesulitan, karena salah satu fungsi dari uang adalah sebagai standart nilai, maka seluruh barang atau jasa dinilai dengan satuan uang. Uang merupakan unsur terpenting dalam suatu sistem perekonomian modern. Kehadiran uang sudah melembaga dalam masyarakat, sehingga segala aktivitas masyarakat dipengaruhi, diukur dan banyak ditentukan oleh uang. Dengan adanya uang, transaksi yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu dibatasi lagi oleh dimensi waktu.

Pengertian permintaan akan uang di definisikan sebagai keseluruhan jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat dan perusahaan. Yang dipengaruhi oleh pendapatan riil. Semakin tinggi pendapatan seseorang, permintaan akan uang akan semakin besar. Hal ini karena konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya pendapatan. Selain pendapatan riil tingkat suku bunga juga merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang Semakin tinggi suku bunga, permintan uang untuk motif spekulasi akan berkurang. Tingginya suku bunga akan membuat biaya pinjaman uang untuk berspekulasi bertambah mahal. Selain itu, jika tingkat suku bunga tinggi, orang akan lebih baik menabung di bank dengan jaminan suku bunga yang ada daripada berspekulasi. Tingkat harga umum merupakan faktor ketiga dalam konsep permintaan akan uang. Semakin tinggi tingkat harga umum, permintaan akan uang akan semakin bertambah. Hal ini karena harga barang/jasa bertambah mahal, sehingga dibutuhkan lebih banyak uang untuk membelinya. Pengeluaran konsumen, Faktor terakhir dalam konsep permintaan akan uang ini menjelaskan, misalnya saja pengeluaran konsumen pada bulan-bulan menjelang Natal, puasa, atau Hari Raya lainnya akan bertambah. Akibatnya, permintaan uang juga akan bertambah.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan teori permintaan uang
2.      Macam-macam teori permintaan uang


1

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Teori Permintaan Uang
2.1.1  Teori Klasik
Teori permintaan uang, tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awal mulanya teori ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan dari uang itu sendiri. Menurut Fisher bahwa jumlah proporsional dengan harga, dengan asumsi kecepatan uang dan transaksi dianggap tetap (Sukirno, 2003:221).

Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut : ............................................................ (3)
M = Uang beredar (penawaran uang)
P = Tingkat harga
V = Kecepatan perputaran uang
T = Jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan didalam satu tahun tertentu

Di dalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. Ini berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang yaitu V, ditentukan berdasarkan keseringan uang beredar yang tedapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun.
Faktor terakhir dalam persamaaan di atas yaitu T, menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan barang setengah jadi yang diperjual belikan. Sedangkan PT adalah hasil penjumlahan dari perkalian di antara masing-masing barang yang termasuk pendapatan nasional dengan harga-harganya. Singkatnya PT bukan meliputi pendapatan nasional saja, tetapi juga nilai keatas barang-barang. Ini berarti nilai PT selalu lebih besar dari pada pendapatan nasional. (Sukirno, 2003:221-222).
2

Melalui bukunya The Purchasing power of money terbit pada tahun 1911, Irving Fisher memperkenalkan pendekatan secara velositas. Pendekatan ini menjelaskan bahwa jumlah uang yang dibelanjakan sama dengan jumlah uang yang diterima. Dalam teori ini, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar.

Fisher mengemukakan bahwa permintaan uang merupakan kepentingan yang sangat likuid untuk memenuhi motif transaksi. Dengan sederhana persamaan transaksi permintaan uang Fisher adalah:
MV = PT
                   
Dimana nilai dari barang yang dijual dikalikan dengan harga rata-rata dari barang tersebut (P) harus sama dengan volume uang yang ada dalam masyarakat (M) dikalikan dengan berapa kali rata-rata perputaran uang (V). Volume transaksi (T) dalam suatu periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional) dan bisa pula dianggapmempunyai nilai tertentu dalam dalam satu tahun. Volume transaksi (T) dalam suatu periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional) dan bisa pula dianggapmempunyai nilai tertentu dalam dalam satu tahun.
Menurut Fisher dan kaum klasik diasumsikan selalu dalam keadaan full employment. Velocity ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan, mencakup faktor-faktor, misalnya tingkat permintaan uang akan sama dengan pendapatan nasional. Maka secara matematis dapat ditulis:

Md = kPY                 
                                      
Dimana k adalah proporsi/bagian dari GNP yang diwujudkan dalam bentuk uang kas, jadi besarnya sama dengan I/VV, sedangkan Y adalah tingkat pendapatan nasional riil dan P adalah harga umum.

Sedangkan teori kuantitas uang menurut versi yang dikemukakan oleh Marshall (dalam Azis, 2002:6) dengan formulasi sebagai berikut :
M = kPO = kY .........................................................................(4)
Dimana :              
k = 1/V         
            3
Secara matematis formulasi Alfred Marshall ini sama dengan formulasi Irving Fisher namun, implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa individu atau masyarakat selalu menginginkan sebagian (proporsi) tertentu dari pendapatannya (Y) diwujudkan dalam bentuk uang kas (yang dinyatakan dengan k). Sehingga kY merupakan keinginan individu atau masyarakat dapat diformulasikan sebagai berikut :
Md = kPO = kY ......................................................................(5)
Md = adalah permintaan uang kas

Dengan formulasi tersebut teori Marshall merupakan awal dari teori permintaan akan uang. Teori ini masih sangat sederhana, terkandung didalamnya beberapa kelemahan. Kelemahannya adalah bahwa dalam kenyataannya V tidaklah tetap. Baik di negara maju maupun negara berkembang, V cenderung tidak konstan.

2.2 Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang tunai, membedakan antara motif transaksi, berjaga-jaga serta spekulasi. Jadi dia juga mengakui adanya motif transaksi. Hanya saja yang lebih penting dalam arti pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi adalah motif spekulasi (Goldfeld, 1990:307).

1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
Keynes mengatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung pada pendapatan. Makin tinggi akan uang kas makin tinggi jumlah transaksi yang dilakukan. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.
Menurut Keynes, orang meminta uang untuk transaksi harian. Permintaan ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk tujuan transaksi. Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum Klasik bahwa permintaan uang untuk transaksi tergantung dari pendapatan.
Untuk memenuhi transaksi yang tak terduga, seperti sakit atau kebutuhan yang tak terduga lainnya. Permintaan ini juga dipengaruhi oleh pendapatan, semakin besar pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk berjaga-jaga, atau sebaliknya. Namun Keynes berbeda dengan kaum klasik dalam hal penekanan pada motif spekulasi dan peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk spekulasi.

4

Rumah tangga dan perusahaan bisnis menyimpan uang untuk tujuan transaksi karena mereka berpikir akan atau mungkin, ingin melakukan pengeluaran sebelum mereka memperoleh arus masuk penerimaan uang yang cukup. Biasanya mereka tidak mempunyai jaminan seperti itu. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk menyimpan sedikit uang untuk menutupi kelebihan pengeluaran mereka atas penerimaan mereka selama satu periode.
Keynes menyatakan bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi merupakan fungsi pendapatan. Keuntungan ini dilukiskan dalam gambar diatas dimana L1, menunjukkan jumlah saldo uang riel yang diminta untuk tujuan transaksi. Terlihat semakin tinggi pendapatan, maka semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan transaksi (Mt). Hubungan antara permintan uang untuk transaksi dengan pendapatan rill (Y/P) tidak selalu linier (garis lurus).
Dengan demikian jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum klasik bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi tergantung pada pendapatan. (Goldfeld, 1990:308)

2. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan atau motif spekulasi.
Alasannya:
a.       Apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas semakin kecil.
b.      Bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal.

Ketergantungan permintaan uang untuk spekulasi dinyatakan oleh L2, atas suku bunga dalam gambar diatas. Kurva L2L2, condong menurun, mencerminkan hubungan terbalik antara permintaan uang untuk spekulasi dan suku bunga (Goldfeld, 1990:309).
Keynes mengakui bahwa masyarakat bisa memilih untuk menyimpan saldo uang melebihi kebutuhan untuk tujuan transaksi karena keinginannya untuk menyimpan aktiva yang benar-benar bebas dari resiko (depresiasi) dilihat dari segi uang. Saldo yang memenuhi fungsi penyimpan nilai (Store of Value) merupakan permintaan uang untuk spekulasi.
Permintaan uang untuk spekulasi oleh Keynes dianggap ditentukan terutama oleh suku bunga. Bahwa suku bunga yang lebih rendah menyebabkan saldo spekulasi lebih kecil dan suku bunga yang lebih rendah akan menghasilkan permintaan yang lebih besar akan saldo spekulasi.
5
2.3  Implikasi Teori Permintaan Uang Keynes
Uang disamping berfungsi sebagai alat transaski perdagangan (means of exchanges) juga dapat berfungsi sebagai penyimpan nilai(store of value). Pemikiran ekonomi ini yang melahirkan motif uang tidak hanya sekedar untuk kepentingan transaksi dan berjaga-jaga tetapi juga untuk kepentingan spekulasi.

Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga kedua-duanya dipengaruhi secara proporsional oleh besarnya pendapatan nasional, sehingga bisa dirumuskan sebagai berikut:
Mt  +  Mj  =  f(Y) 

Asumsi bahwa dalam jangka pendek besarnya kekayaan (wealth) nilai konstan, begitupula dengan Pasar uang yang dirumuskan dalam keadaan keseimbangan, maka besarnya permintaan uang (Md) nilainya sama dengan besarnya jumlah uang beredar (Ms), sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:

Menurut Keynes keseimbangan pasar uang yaitu Md = Ms akan menentukan tingkat bunga keseimbangan dan tingkat harga, meskipun penekanannya pada tingkat bunga karena besarnya harga umum ditentukan oleh interaksi antara permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) karena dalam jangka pendek diasumsikan harga tetap.

Keynes lebih menekankan analisis ekonomi jangka pendek dengan mendorong perubahan pada sisi permintaan agregat sehingga dikenal dengan perekonomian sisi permintaan (demand side economy). Pandangan klasik yang menyatakan bahwa perubahan jumlah uang beredar yang tidak mempengaruhi output nasional (Y) tetapi hanya mempengaruhi tingkat harga umum (P) ini yang dikebal dengan istilah“classical dichotomy” yaitu pemisahan antara sector moneter dengan sector riil di mana masing-masing sector berdiri sendiri tidak saling mempengaruhi.
Namun Keynes kemudian menjelaskan kaitan antara sector moneter dengan sector riil melalui analisis IS-LM yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Hicks. Keynes menyatakan bahwa perubahan jumlah uang beredar (Ms) akan mempengaruhi keseimbangan pasar uang (Ms = Md) dan menentukan tingkat bunga yang akan mempengaruhi tingkat investasi (I) dan melalui mekanisme angka pengganda (multiplier) akan mempengaruhi tingkat output nasional (Y). Jadi pandangan Keynes merupakan terobosan dalam menjelaskan kaitan antara sector moneter dengan sektor riil yang menurut pandangan klasik dianggap sesuatu yang terpisah.
6
2.4 Karakteristik Teori Ekonomi Keynes
Mazhab ekonomi Keynes memiliki beberapa karakteristik yang dapat dibedakan dengan pemikiran ekonomi klasik pada pasar barang yaitu :
1.      Perekonomian tidak selalu dalam keadaan full employment artinya bahwa keseimbangan pasar (equilibrium) tercapai pada keadaan dimana pasar mengalami kelebihan atau kekurangan produksi.
2.      Perlu adanya campur tangan pemerintah untuk mengatasi masalah kegagalan pasar (market failure) karena timbulnya distorsi di pasar.
3.      Analisis ekonomi lebih menekankan analisis jangka pendek karena persoalan ekonomi lebih banyak menyangkut persoalan jangka pendek yang harus diatasi. Keynes menyatakan bahwa dalam jangka panjang kita semua akan meninggal (in the long run we are all dead).
4.      Lebih menekankan analisis ekonomi dari sisi permintaan (demand side economy).

Sedangkan pada pasar uang mazhab Keynes memiliki pandangan yang khas yaitu:
1.      Terdapat tiga motif masyarakat memegang uang yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.
2.      Jumlah uang yang beredar ditentukan oleh pemerintah atau otoritas moneter.
3.      Keseimbangan di pasar uang ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional dan tingkat bunga

Karakteristik pandangan mazhab pada pasar tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1.      Tingkat upah bersifat kaku (rigid) karena analisisnya lebih menekankan analisis jangka pendek
2.      Untuk mengatasi pengangguran perlu campur tangan pemerintah.






7







2.5 Teori Cambridge
Teori ini dikemukakan oleh A. Marshall dari Universitas Cambridge, dia memandang persamaan Fisher dengan sudut pandang yang berbeda. Marshall tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode, melainkan pada bagian dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam bentuk uang kas (Nopirin, 1998: 73). Secara matematis, teori ini dapat dituliskan sebagai berikut:


M = k Py       
Dimana k adalah proporsi dari GNP yang diujudkan dalam bentuk uang kas, jadi besarnya sama dengan 1/v. Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah output, tetapi menggunakan Y (untuk menunjukkan GNP riil). Jadi, T umumnya lebih besar daripada Y, sebab dalam pengertian T termasuk juga total transaksi barang akhir dan atau setengah jadi dihasilkan beberapa tahun yang lampau. Sedang dalam GNP hanyalah mencakup barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada tahun tertentu saja, di dalamnya juga tidak termasuk barang setengah jadi. Esensi dari persamaan Irving Fisher tidaklah berbeda dengan persamaan Marshall ditinjau dari segi matematis, sehingga masih juga merupakan suatu identitas. Namun demikian, orientasinya berbeda. Persamaan Marshall dapat dikatakan merupakan persamaan yang menunjukkan adanya permintaan akan uang, dimana masyarakat menghendaki sebagian tertentu dari pendapatannya dalam bentuk uang kas (ditunjukkan dengan k).


Dengan demikian, persamaan Marshall tidak lagi merupakan persamaan pertukaran atau identitas (seperti pada persamaan Irving Fisher), tetapi telah merupakan persamaan teori kuantitas uang (dalam arti telah terkandung di dalamnya pengertian permintaan akan uang, yang kemudian sering disebut dengan persamaancash-balance).

8

untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kakayaan (store if value). Istilah yang lebih modern disebut dengan permintaan uang untuk penimbun kekayaan.



















9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kajian mengenai teori permintaan uang, ada beberapa golongan yang berpendapat. Pertama golongan kaum Klasik, golongan ini menganggap bahwa uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, suku bunga, kesempatan kerja dan pendapatan nasional. Uang hanya berpengaruh terhadap harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja, sedangkan jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Teori permintaan uang Klasik dikenal dengan teori kuantitas uang yang dirumuskan oleh Irving Fisher dan dikembangkan oleh Marshall. Selanjutnya permintaan akan uang menurut Keynes yang mengembangkan tentang teori yang terakhir dikemukakan oleh Cambridge.
















10

DAFTAR PUSTAKA

-          Nopirin, Ekonomi Moneter Buku I Edisi 4. 1998, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
-          adnantandzil.blogspot.com
















11

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Lembaga Keuangan Internasional

Makalah Tingkat Bunga

MAKALAH TEORI PENAWARAN UANG KLASIK DAN KEYNES